Jakarta, Biskom- Teknologi modifikasi cuaca kerap dikaitkan dengan bencana akibat kekeringan. Tidak banyak yang mengetahui bahwa TMC dapat difungsikan untuk pencegahan banjir. Adalah Drs Fransiscus Heru Widodo MSi yang mengenalkan penerapan TMC untuk pengurangan curah hujan. Saat itu, dia menjabat Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan, dan untuk pertama kali TMC diterapkan saat pengamanan pembangunan venue atlit olah raga hingga penyelenggaraan Sea Games di Jaka Baring Palembang Sumatera Selatan 2011. Hingga kemudian, TMC juga menggawangi kelancaran pelaksanaan PON ke XVIII di Riau pada 2012.
Puncaknya, TMC untuk pengurangan curah hujan diterapkan untuk pengendalian banjir di Jakarta rentang 2013-2014 sehingga wilayah DKI terhindar dari banjir besar. Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudoyono beserta para menteri bahkan meninjau Posko TMC di Lanud Halim Perdanakusumah.
Pada 2012, Heru Widodo dilantik menjadi Kepala UPT Hujan Buatan. Dibawah kepemimpinannya, penerapan TMC berkembang pesat hingga sejumlah pengguna tidak dapat dilayani karena kekurangan sumber daya manusia. Terutama saat Indonesia menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sepanjang 2012, operasi TMC yang menjadi tanggung jawabnya, diantaranya penanngulangan karhutla di Kalimantan Tengah, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.
Heru Widodo juga melakukan terobosan inovasi penerapan consul mekanisasi seeding di pesawat Hercules C 130 maupun CASSA 295 sehingga penyemaian awan tidak lagi secara manual dan pesawat lebih aman terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh bahan semai yang bersifat korosif. Perusahaan penerbangan swasta juga diajak untuk menyediakan pesawat karena banyaknya permintaan TMC saat itu. Heru juga mengupayakan pengujian flare untuk mendapatkan sertifikasi penggunaan flare di darat.
Selain penanganan karhutla, operasi TMC saat itu juga digiatkan untuk pengisian waduk PLTA Bakaru di Sulawesi Barat (Februari 2012), kerjasama dengan PT PLN (Persero) wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat. Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur di DAS Citarum, Jawa Barat , kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Waduk PLTA Kota Panjang, Riau dan Danau Singkarak, Sumatera Barat, kerjasama dengan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara. Serta waduk PLTA PM Noor, Kalimantan Selatan kerjasama dengan PT PLN (Persero) wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Heru Widodo mengupayakan kegiatan penerapan TMC pengisian air waduk di berbagai wilayah di Indonesia ini hingga masa akhir jabatannya.
Atas upayanya, Drs Heru Widodo, Msi meraih penghargaan Darma Widya Argya (Penghargaan pengabdian insan kemanusiaan) dari BNPB tahun 2013 untuk UPT Hujan Buatan dari Kepala BNPB (2013).
Saat ini, Heru Widodo tercatat sebagai Perekayasa Utama di Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (dulu UPT Hujan Buatan). Selepas jabatannya sebagai Kepala UPT Hujan Buatan, Heru tetap peduli pada pengembangan TMC di Indonesia dengan menggalang kerjasama dalam riset maupun pelayanan TMC di Indonesia, seperti melakukan kerjasama riset dengan PT. Borneo Indo Bara dalam pengujian penyemaian awan dari darat menggunakan Ground Partical Generator untuk mengurangi curah hujan di areal pertambangan batu bara milik PT. BIB di Angsana Kalimantan Selatan. Selain itu, menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk memasyarakatkan TMC di perguruan tinggi dan melakukan riset bersama.
Atas prestasinya, Heru Widodo meraih Kenaikan Pangkat Luar Biasa dari Badan Kepegawaian Nasional (2013), penghargaan Satya Wira Karya Nasional dari Presiden (2014), Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden (2011), Karya Satya Teknologi Tingkat 1 dari Kepala BPPT (2008), Pegawai Berdidikasi Tinggi dari Kepala UPT Hujan Buatan (2003), Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun Nasional Presiden (2001).